BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Destilasi
merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair
berdasarkan pada
titik didih. Secara
sederhana destisi dilakukan
dengan
memanaskan/menguapkan zat
cair lalu uap
tersebut didinginkan kembali
supaya jadi cair dengan bantuan kondensor. Destilasi
digunakan untuk memurnikan zat cair, yang
didasarkan atas perbedaan
titik didih cairan.
Pada proses ini
cairan berubah menjadi
uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan pada
pendingin ini, uap mengembun manjadi
cairan murni yang
disebut destilat. Destilat
dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan
yang mengandung zat terlarut misalnya
destilasi air laut menjadi air murni .
Destilasi adalah
suatu proses pemurnian
yang didahului dengan
penguapan
senyawa cair
dengan cara memanaskannya, kemudian
mengembunkan uap yang
terbentuk. Prinsip
dasar dari destilasi
adalah perbedaan titik
didih dari zat-zat
cair
dalam campuran
zat cair tersebut
sehingga zat (senyawa)
yang memiliki titik
didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan
akan mengembun dan menetes
sebagai zat murni
(destilat). Destilasi digunakan
untuk memurnikan zat
cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini
cairan berubah menjadi uap.
Uap ini adalah
zat murni. Kemudian
uap ini didinginkan
pada pendinginan ini, uap
mengembun manjadi cairan murni yang disebut destilat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui definisi dari destilasi biasa
2.
Mengetahui produk
yang dihasilkan serta
alat yang digunakan
dalam destilasi biasa
3.
Memahami treatment dan proses destilasi
biasa dan
4.
Menghetahui aplikasi destilasi biasa
pada skala laboratorium dan skala industri.
1.3
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
sejarah destilasi ?
2. Apakah
pengertian dari destilasi ?
3. Mengapa
destilasi digunakan sebagai salah satu metode pemisahan ?
4. Bagaimanakah
prinsip utama dari destilasi ?
5. Apa
saja jenis dari destilasi ?
6. Bagaimanakah
proses dari destilasi ?
7. Bagaimanakah
penerapan destilasi ?
8. Bagaimanakah
penggunaan destilasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Destilasi
Destilasi pertama
kali ditemukan oleh
kimiawan Yunani sekitar
abad pertama masehi
yang akhirnya perkembangannya dipicu
terutama oleh tingginya
permintaan akan spritus.
Hypathia dari Alexandria
dipercaya telah menemukan
rangkaian alat untuk
distilasi dan Zosimus
dari Alexandria-lah yang
telah berhasil menggambarkan
secara akurat tentang
proses distilasi pada
sekitar abad ke-4
Bentuk modern distilasi
pertama kali ditemukan
oleh ahli-ahli kimia
Islam pada masa
kekhalifahan Abbasiah,
terutama oleh Al-Razi
pada pemisahan alkohol menjadi
senyawa yang relatif
murni melalui alat
alembik, bahkan desain
ini menjadi semacam
inspirasi yang memungkinkan
rancangan distilasi skala
mikro, The Hickman
Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan
(721-815) yang lebih dikenal
dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang
dapat terbakar, ia juga telah menemukan
banyak peralatan dan
proses kimia yang
bahkan masih banyak
dipakai sampai saat
kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi
(801-873).
2.2
Pengertian Destilasi
Destilasi
atau penyulingan adalah
suatu metode pemisahanbahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan
atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan atau
didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang
berdasarkan perbedaan titik
didih. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan
sehingga menguap, dan
uap ini kemudian
didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan.
Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk
unit operasi kimia
jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini
didasarkan pada teori
bahwa pada suatu
larutan, masing-masing komponen
akan menguap pada
titik didihnya. Model ideal
distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. Destilasi adalah suatu teknik yang digunakan
untuk memisahkan dan memurnikan cairan.
Destilasi terdiri dar pemanasan cairan sampai pada titik didihnya,
penghantaran uap pada
alat pendingin dimana terjadi
kondensasi dan mengambil
zat yang telah
terkondensasi.
Destilasi
juga merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan
kembali menjadi cairan.
Unit operasi destilasi merupakan metode
yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponennya yang terdapat dalam salah satu larutan
atau campuran dan
bergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut
antara fasa uap
dan fasa air.
Syarat utama dalam operasi
pemisahan komponen- komponen
dengan cara destilasi adalah komposisi uap harus berbeda dengan komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan
larutan-larutan, dengan komponen-komponennya
cukup dapat menguap. Bila zat
non volatil dilarutkan
ke dalam suatu
zat cair tersebut akan
turun. Hukum raoult
menyatakan bahwa tekanan
masing-masing komponen
berbanding langsung dengan fraksi
molnya. Apabila yang
didinginkan adalah bagian
campuran yang tidak
teruapkan dan bukan
destilatnya, maka proses
tersebut biasanya dinamakan
pengentalan dengan evaporasi.
Dalam hal ini sering
kali bukan pemisahan
yang sempurna yang
dikehendaki, melainkan
peningkatan konsentrasi bahan-bahan
yang terlarut dengan
cara menguapkan sebagian
dari pelarut. Sering
kali destilasi digunakan
semta-mata sebagai tahap awal
dari suatu proses
rektifikasi. Dalam hal
ini campuran dipisahkan
menjadi dua, yaitu
bagian yang mudah
menguap dan bagian
yang sukar menguap. Kemudian
masing-masing bagian diolah lebih lanjut dengan cara rektifikasi
2.3
Dasar Pemisahan Dengan Metode Destilasi
Dasar
utama pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada
tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu penguapan campuran
dan diikuti dengan proses pendinginan dan pengembunan. Sebagai contoh ada
sebuah campuran yang di dalamnya terdapat dua zat, yaitu zat A dan zat B.
Zat A mempunyai titik didih sekitar 120Āŗ C, sedangkan zat B mempunyai titik
didih sebesar 80Āŗ C. Zat A dapat dipisahkan dengan zat B dengan cara
mendestilasi campuran tersebut pada suhu sekitar 80Āŗ C. Pada suhu tersebut, zat
B akan menguap sedangkan zat A tetap tinggal.
2.4
Prinsip Utama Destilasi
Pada
umumnya pemisahan dengan metode destilasi melibatkan kesetimbangan cair-uap.
Kesetimbangan cair-uap sangat bergantung pada komposisi campuran yang hendak
dipisahkan. Kesetimbangan fase cair-uap ini dijadikan dasar untuk memisahkan komponen
campuran.
1. Diagram
Fase dan Komposisi Campuran
Sebenarnya
secara prinsip metode destilasi relative sukar untuk dilakukan dengan
sederhana. Jika terdapat dua zat cait yang saling bercampur dipanaskan,
masing-masing komponen akan berubah fase menjadi uap walaupun titik didih
keduanya belum tercapai. Uap dari kedua zat cair ini ada dalam bentuk campuran
uap, dengan perbandingan yang memenuhi hokum Raoult pada system tertutup.
2. Volatilitas
Relatif
Adapun tekanan parsial masing-masing
komponen sangat tergantung kepada fraksi mol komponen tersebut, untuk campuran
yang sedang dipanaskan sampai mendidih, uapnya kaya akan komponen yang lebih
volatile.
3. Piring
Teoritis
Campuran ideal yang serupa juga dapat
dilukiskan dengan menggambarkan komposisi campuran lawan temperature. Komposisi
uap dan cairan campuran biner mempunyai profil. Komposisi uap berbeda dengan
komposisi cairnya. Kurva kesetimbangan
pada bagian bawah merupakan kesetimbangan cair, sedangan kurva di atasnya
adalah kuva kesetimbangan gas. Di daerah di bawah kurva cair, semua komposisi
akan dijumpai dalam bentuk cair, sedang di atas kurva kesetimbangan gas, semua
komposisi berada di dalam fase gas. Di daerh tengah di dalam kurva gas dan
kurva cair maka didapati campuran kedua komponen dalam bentuk uap maupun cair
secara seimbang, dan jumlahnya dapat dihitung menurut komposisinya.
4. Persamaan
Fenske
Campuran ideal tidak mudah dijumpai di
alam. Campuran ideal hanya ada di laboratorium karena dibuat manusia dan dapat
diamati sifat-sifatnya. Beberapa hukum daan persamaan memang diturunkan awalnya
dari persamaan ideal seperti ini. Dalam kehidupan sehari-hari dan di alam,
campuran ada dalam bentuk jauh lebih kompleks. Campuran di alam bisa terjadi
secara spontan mengikuti hukum alam, dan biasanya sangat kompleks.
2.5
Beberapa Jenis Destilasi
|
Karena beberapa jenis distilasi berkembang dengan aplikasi ke beberapa
jenis sampel, modifikasi dari metode distilasi juga berlangsung cepat. Setiap
sampel, terutama sampel alam mengandung tingkat kesulitan yang berbeda dengan
sampel laboratorium. Perkembangan metode analitik sering kali didorong oleh
keberagaman sampel yang ada dan memerlukan studi mendalam mengenai struktur sampelnya.
Salah satu jenis distilasi yang sering dibicarakan adalah distilasi
fraksional, karena sangat berguna untuk memisahkan kandungan berguna dari
minyak bumi.
|
|
Distilasi vakum, distilasi uap, distilasi azeotropik, distilasi solar
adalah beberapa jenis distilasi yang lain yang juga sering digunakan,
melakukan pernisahan berdasarkan pada sifat pernisahan kirnia yang diperlukan
sampel.
1.
Destilasi
Konvensional
Distilasi konvensional merujuk
pada distilasi sederhana yang sering dilakukan di laboratorium pendidikan.
Proses distilasi berlangsung jika campuran dipanaskan dan sebagian komponen
volatil menguap naik dan didinginkan sampai mengembun di dinding kondensor.
Destilat ini ditampung di sebuah tempat baru. Pada distilasi sederhana ini
tidak digunakan refluks sebagai kolom fraksionasi. Destilat akan diembunkan
dan dialirkan turun ke tempat penampungan. Dalam distilasi sederhana memang
tidak terjadi fraksionasi pada saat kondensasi karena komponen campuran tidak
banyak. Jika campuran terdiri dari banyak komponen maka cara sederhana ini
tidak dapat digunakan karena kondensat atau destilat yang didapat masih
merupakan campuran juga.
Pada praktiknya, distilasi
sederhana sangat sulit untuk mernisahkan komponen campuran dengan sempurna.
Destilat yang tertampung masih berupa campuran dan harus dianalisis lebih
lanjut. Distilasi konvensional juga sangat tidak praktis untuk mernisahkan
campuran berkomponen banyak. Di lain pihak distilasi sederhana sering
digunakan untuk tujuan pemurnian sampel dan bukan pemisahan kimia dalam arti
sebenarnya. Distilasi sederhana juga sering digunakan untuk keperluan di
laboratorium kirnia untuk menggambarkan proses pernisahan sederhana.
2. Destilasi Fraksional
Distilasi fraksional sangat bergantung pada kondisi campuran yang akan
dipisahkan. Jumlah piring teoretis yang dilukiskan dalam persamaan Fenske dan
secara operasional masih ada beberapa koreksi dari apa yang telah dikemukakan
pada persamaan Fenske. Metode McCabe- Thielle memperhitungkan garis aktual
yang berbeda dari garis operasi ideal (garis X = Y). Dengan demikian, dalam
metode ini ada garis baru di dekat garis operasi yang memperhitungkan
kemungkinan perbedaan komposisi cair dan uap yang diasumsikan konstan. Rasio
refluks dalam hal ini memang sangat bergantung pada kondisi eksperimen,
campuran yang dipisahkan dan hasil yang diharapkan.
Jika dibandingkan dengan distilasi sederhana biasa, distilasi fraksi
minyak bumi dapat digunakan sebagai contoh. Digambarkan perubahan titik didih
lawan persentase destilat yang memiliki pola berbeda antara distilasi
fraksional dengan 100 piring teoretis dan distilasi sederhana biasa. Pada
distilasi fraksional setiap pemisahan komponen dilukiskan dengan bagian kurva
yang mendatar dan berubah menurut temperatur. Pada distilasi biasa di mana
tidak digunakan pemisahan fraksi-fraksi destilat karena kondisi
eksperimennya. Dengan sendirinya tidak ada garis mendatar pada grafik
temperatur vs persentase
destilat. Untuk tujuan pemurnian sering digunakan distilasi sederhana.
3. Destilasi Vakum
Distilasi vakum dilakukan dengan menurunkan tekanan, dari beberapa
ratus mmHg sampai 0,001 mmHg atau hampir vakum. Tujuan utamanya adalah
menurunkan titik didih cairan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan jika
senyawa-senyawa target mudah terdekomposisi pada titik didihnya atau jika
titik didih senyawa target susah untuk dicapai. Tambahan lagi, volatilitas
relatif juga meningkat jika tekanan diturunkan.
Dengan demikian, rancangan peralatan distilasi tidak sederhana karena
memerlukan sistem tertutup. Kolom distilasi biasanya mempunyai desain sebagai
kolom berisi dan tertutup (packed column)
untuk distilasi fraksional.
Distilasi vakum tinggi (high vacuum
distillation) dilakukan untuk tekanan 1-50
mmHg. Di bawah 1 mmHg distilasi dilakukan dengan kolom fraksionasi khusus.
Distilasi vakum sangat berhubungan dengan distilasi fraksional. Untuk kolom
fraksionasi besaran yang digunakan untuk menentukan keberlangsungan proses adalah
HETP (height equivalent to a
theoreticai plates) di mana harga
HETP rendah merupakan indikasi sistem yang baik.
4. Destilasi Uap
Distilasi uap dilakukan untuk mernisahkan komponen campuran pada
temperatur lebih rendah dari titik didih normal komponen-komponennya. Dengan
cara ini pernisahan dapat berlangsung tanpa merusak komponen-komponen yang
hendak dipisahkan. Cara ini dapat dipilih jika komponen-komponen yang
dipisahkan sensitif terhadap panas dan harus dijaga.
Ada dua cara melakukan distilasi uap. Yang pertama adalah dengan
menghembuskan uap secara kontinu di atas campuran yang sedang diuapkan. Cara
kedua adalah dengan cara mendidihkan senyawa yang dipisahkan bersama dengan
pelarut yang diuapkan. Komponen yang dipisahkan dididihkan bersama-sama dengan
pelarutnya. Tekanan parsial dari komponen ini secara bertahap akan mencapai
kesetimbangan tekanan total sistem.
Dalam model distilasi uap ini temperatur dari komponen yang dipisahkan
dapat diturunkan dengan cara menguapkannya kepada uap pembawa (carrier), biasanya uap
pelarut. Temperatur penguapan dalam hal ini lebih rendah dari temperatur
didih senyawa-senyawa yang dipisahkan. Hal ini juga untuk menjaga agar
senyawa-senyawa komponen yang dipisahkan tidak rusak karena panas. Jika
pelarutnya air maka uap pelarut adalah uap air. Uap pelarut ini akan membawa
serta komponen
5. Destilasi azeotropik
Tipe distilasi semacam ini biasa digunakan untuk campuran azeotropik
di mana komponen campuran yang dipanaskan bersama-sama membentuk titik
azeotropik karena sifat kimia yang berbeda dari komponen-komponen yang ada
dalam campuran. Dengan demikian, pemisahan bertahap dengan cara distilasi
biasa tidak menguntungkan. Biasanya hal ini diatasi dengan menambahkan sebuah
senyawa lain yang akan mengubah volatilitas relatif dari senyasenyawawa- dalam campuran agar mudah
dipisahkan. Senyawa-senyawa aditif ini biasa disebut sebagai "entrainer" yang
berupa senyawa-senyawa yang mengubah "sisa" dari proses distilasi
pada komposisi tertentu. Kebanyakan sistem azeotropik
membentuk titik didih bersama di bawah titik didih normal masing-masing
komponen. Sistem ini disebut mempunyai sebuah minima. Ada beberapa sistem
azeotropik memiliki sebuah maksima, namun yang sering terjadi adalah
sistem-sistem yang memiliki minima. Sebagai contoh, komposisi (1) dan
(2) didapat dari dua buah temperatur distilasi sistem azeotrop dengan sebuah
minima. Atau dalam satu temperatur kita mendapatkan dua buah komposisi A
maupun B yang jauh berbeda. Hal ini menyulitkan pemisahan secara teknis.
Dalam temperatur yang mirip kita dapatkan dua buah komposisi A dan B
sekaligus.
Pada praktiknya, campuran etanol dan air juga merupakan sebuah
campuran azeotropik dengan sebuah minima di suhu 78,15°C di mana komposisi
etanol mencapai 96,5%. Sistem seperti ini disebut sistem yang mengalami
deviasi positif, dalam arti tekanan uap total lebih tinggi dari tekanan uap
murni masing-masing komponen. Ada beberapa jenis interaksi antara molekul air
dan etanol sehingga memberikan deviasi dari keadaan campuran sempurna. Namun
hal ini menguntungkan karena etanol hampir murni didapat pada temperatur
minimanya.
Untuk menghilangkan sedikit sisa komponen airnya diberikan
sebuah entrainer dan dalam hal ini benzena merupakan entrainer yang
sering dijadikan contoh. Selanjutnya akan terbentuk campuran azeotrop baru
dengan titik didih minimal lebih
rendah.
|
6. Destilasi
Ekstraktif
Metode ini adalah gabungan dari
metode distilasi dan metode ekstraksi. Metode ekstraksi terjadi melalui
pelarutan senyawa target pada pelarut yang dapat memisahkan berdasarkan tipe
molekul, dan dilain pihak metode distilasi terjadi dengan pendidihan dan
perubahan fase komponen menjadi gas. Walaupun demikian, tipe distilasi ini
tidak terlalu menguntungkan sehingga jarang digunakan untuk pemisahan analitik.
Distilasi ekstraktif mirip dengan distilasi azeotropik dalam hal penambahan
senyawa lain untuk mempermudah proses pemisahan. Dalam hal ini entrainer disebut juga
pelarut yang melakukan ekstraksi karena senyawa yang ditargetkan dapat larut
dengan baik dalam pelarut yang dipilih. Pelarut yang diberikan dimaksudkan
untuk mengubah volatilitas relatif salah satu komponen dan mengubah titik didih
campuran. Namun, berbeda dengan distilasi azeotropik, pelarut atau entrainer ini sebaiknya
sangat tidak volatil dan mempunyai interaksi spesifik dengan salah satu dari
komponen campuran, dengan kata lain, pelarut sanggup melarutkan senyawa
komponen dengan baik. Dengan demikian, campuran yang menyatu dengan entrainer ini akan
menempati labu distilasi di bagian bawah karena massa jenis lebih besar
sehingga mudah dipisahkan. Salah satu contoh penggunaan distilasi ekstraktif
ini adalah untuk memisahkan benzena dan sikloheksana dengan menggunakan fenol
sebagai pelarut pengekstraksi.
7. Sublimasi
Sublimasi pada dasarnya adalah
perubahan fase dari padat menjadi uap tanpa melalui fase cair. Dengan demikian,
proses perubahan fase ini dapat disebut sebagai distilasi padatan. Biasanya
cara ini ditempuh untuk menjaga keutuhan senyawa-senyawa yang tidak tahan panas
dan harus dilakukan preparasi pada temperatur rendah. Jika tekanan uap senyawa
yang disublimasi cukup rendah (di bawah tekanan atmosfir) maka distilasi
sublimasi dilakukan pada tekanan rendah pula.
Cara lain yang mempunyai prinsip
ini adalah dengan eara mengalirkan gas inert yang tidak mudah mengembun pada
waktu sublimasi. Gas ini bereampur dengan uap hasil sublimasi dan pada saat
eampuran didinginkan, uap akan menyublim lagi menjadi padatan. Proses ini juga
sering disebut sebagai sublimasi ekstraktif di mana gas yang dialirkan disebut
sebagai pelarut atau ekstraktor. Distilasi sublimasi ini juga mirip dengan
distilasi uap di mana gas pembawa ini dianalogikan dengan uap pembawa yang
membantu pengembunan dan pemisahan fraksinya.
Proses sublimasi dapat diilustrasikan dengan diagram tiga fase Pada
kurva sublimasi (kurva AB) adalah daerah kesetimbangan gas-padat di mana
proses sublimasi terjadi. Kurva penguapan BC juga analog dengan kurva sublimasi
namun untuk perubahan fase cair-gas dan sebaliknya.
Salah satu faktor yang menyulitkan proses ini adalah memanaskan sampel
padat untuk menyublimkannya tanpa melelehkan padatan. Aliran panas yang
diberikan harus membuat gas segera terbentuk dengan kecepatan sublimasi yang
tepat agar padatan tidak melebur. Di lain pihak, proses kondensasi dari gas
menuju fase padat lagi tidak mudah juga untuk dilakukan, karena laju pemadatan
kembali juga harus diatur. Hal ini sering kali menyebabkan penumpukan padatan
pada kondensor dan proses distilasi sublimasi akan terhenti sampai kondensor
dibersihkan.
2.6
Proses Destilasi
Suatu
campuran yang berupa cairan (15) dimasukkan ke dalam labu (2) yang dipanaskan
melalui penangas (14) dengan heater (13). Suhu pemanasan dapat diatur
dengan mengamati termometer (4). Pada saat dipanaskan, sedikit demi sedikit
campuran akan menguap. Uap kemudian naik melalui pipa (3) den mengalir menuju
pendingin / kondenser (5). Pendinginan uap adalah dengan cara mengalirkan air
melalui dinding pendingin. Setelah melalui pendingin, uap akan mengembun
membentuk cairan kembali dan melaju ke adaptor (10) dan menetes ke labu
destilat (8). (Lihat pada daftar gambar)
2.7
Penerapan Destilasi
Aplikasi
destilasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu skala laboratorium dan skala
industri. Perbedaan untama destilasi skala laboratorium dan industri adalah
sistem ketersinambungan. Pada skala laboratorium, destilasi dilakukan sekali
jalan. Dalam artian pada destilasi skala laboratorium, komposisi campuran
dipisahkan menjadi komponen fraksi yang diurutkan berdasarkan volatilitas,
dimana zat yang paling volatil akan dipisahkan terlebih dahulu. Dengan
demikian, zat yang paling tidak volatil akan tersisa pada bagian bawah. Proses
ini dapat diulangi ketika campuran ditambahkan dan memulai proses destilasi
dari awal. Pada destilasi skala industri, senyawa asli (campuran), uap, dan
destilat tetap dalam komposisi konstan. Fraksi yang diinginkan akan dipisahkan
dari sistem secara hati-hati, dan ketika bahan awal habis maka akan ditambahkan
lagi tanpa menghentikan proses destilasi.
2.8
Penggunaan Destilasi
Destilasi mempunyai peranan yang
sangat banyak dalam kehidupan manusia. Destilasi adalah kunci utama dalam
pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi. Minyak bumi dipisahkan menjadi
fraksi-fraksi tertentu didasarkan pada perbedaan titik didih. Alkohol yang
terbentuk dari proses fermentasi juga dimurnikan dengan cara destilasi. Minyak-minyak
atsiri alami yang mudah menguap dapat dipisahkan melalui destilasi.
Banyak sekali minyak atsiri alami
yang dapat diperoleh dengan cara destilasi, yakni minyak serai, minyak jahe, minyak
cengkeh, dsb. Minyak kayu putih juga didapatkan dengan cara destilasi. Selain
itu, destilasi juga dapat memisahkan garam dari air laut.
2.9
Daftar Gambar
Gambar
2.5.1 Destilasi konvensional
Gambar
2.5.2 Destilasi Fraksional
Gambar
2.5.3 Destilasi Vakum
Gambar
2.5.4 Destilasi Uap
Gambar
2.5.5 Destilasi Azeotropik
Gambar
2.5.6 Destilasi Ekstraktif
Gambar
2.5.7 Sublimasi
Gambar 2.6 Proses Destilasi
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dalam kehidupan
seharihari, prinsip destilasi
dapat digunakan dalam
pembuatan minyak kayu putih, penyulingan nilam, penyulingan air
bersih, dan
pemisahan bioetanol dari campurannya.
2. Prinsip destilasi ini
sangat penting dipelajari karena dapat diaplikasikan dengan
mudah dalam kehidupan seharihari.
3. Di sisi
lain, prinsip destilasi
cukup susah dipahami
kalau tidak menggunakan
alat praktikum. Dengan
demikian, tersedianya laboratorium
dan alatnya
merupakan sebuah keharusan
agar siswa dapat
memahaminya dengan lebih
mudah.
4. Pemisahan senyawa
dengan destilasi bergantung
pada perbedaan tekanan
uap
senyawa dalam campuran.
Tekanan uap campuran
diukur sebagai
kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi
uap.
5. Jika suhu dinaikkan,
tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan
sama dengan tekanan
uap atmosfer. Pada
keadaan itu cairan
akan mendidih.
Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer
disebut
titik didih.
6. Cairan yang mempunyai
tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan
mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan
uapnya rendah
pada suhu kamar.
7. Jika campuran berair
didihkan, komposisi uap di atas cairan
tidak sama dengan
komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih
volatile atau
komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan
terkumpul dan
dinginkan, uap akan
terembunkan dan komposisinya
sama dengan komposisi
senyawa yang terdapat pada
uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik
didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang
terkumpul akan mengandung senyawa murni
dari salah satu komponen dalam campuran.
3.2 Daftar
Pustaka
Depdiknas]. 2008. Sistem pendidikan nasional. WWW Sisdiknas
(terhubung berkala)
http://www.inherentdikti.net/files/sisdiknas.pdf (10 Mei 2010).
Sakinah, Siti. Modifikasi
proses penyulingan dengan
variasi tekanan uap
untuk
memperbaiki karakteristik aroma minyak kelapa. WWW KMS IPB
(terhubung berkala)
http://kms.ipb.ac.id/nplib/index.php?t=view&c=Tesis&id=7795
(10 Mei 2010).
http://trianzzer.blogspot.com/2012/05/makalah-destilasi-sederhana.html
Wonorahardjo Surjani. 2013.
Metode Metode Pemisahan Kimia Sebuah
Pengantar. Jakarta : Akademia
Permata